Ketika hujan mendekat

Masih ada harapan di hari ini sebelum hujan terjadi, langit yang mulai menghitam dan suara gelegar silih berganti menandakan hujan lebat akan membasahi tanah dan dedauan.  Lambaian daun kelapa semakin menjadi-jadi seiring kencangnya angin yang bertiup, dinginnya udara pun mulai masuk ke tubuh ini. Aku yang masih berada di jalanan untuk pulang ke rumah dari kepergian ini, mulai berpikir untuk segera mungkin mempercepat laju sepeda motor agar tidak kebasahan atas hujan itu.

Rindu diri ini akan kehangatan...
sebuah rumah semakin membelenggu, sebuah kehangatan yang memberikan keteduhan dan kenyamanan di hati. Laju kendaraan yang ada disekitarku semakin cepat saja menghindari hujan dan sesegera mungkin sampai ke tujuan, mungkin saja mereka yang berkendara itu memikirkan hal yang sama. Walau pun dengan laju motor ku yang sudah maksimalkan untuk menghindari hujan, tetap saja basah tubuh ini atas rintik hujan yang sudah mulai turun dari langit. Hingga aku sampai di rumah aku masih saja merasakan laju degup jantung ini yang senantiasa sejak tadi berdegup untuk sampai ke rumah, yang belum juga berhenti.

Sesampai ku di rumah telah tersedia teh panas buatan isteri ku dan pakaian ganti untuk mengganti pakaian basah yang kukenakan. Hangatnya teh panas dan sambutan isteriku yang penuh perhatian membuat hangat hati diri yang tak sebanding dengan hujan yang turun lebat sesampainya aku di rumah. Terima kasih atas segala yang kau berikan isteri ku dan terima kasih atas segala karunia Mu Allah SWT, Tuhan Penguasa atas Segalanya.