Jumat, 01 Mei 2015

Sedih dan tangisku dalam diam dan canda tawa ku (bagian 2)

Setelah kurang lebih setahun aku harus merelakan kehilangan anakkku dengan segala intrik dan ombak yang bergulung dan menerjang pantai hati ini, ternyata Allah SWT yang murah hati dan penuh kasih sayangnya yang tak terbatas dan tak terkira memberikan aku lagi seorang bayi yang masih dalam kandungan isteri. Betapa bahagianya aku terutama isteriku, bagaikan seseorang yang merindui kekasih yang pergi jauh datang kembali setelah lama tak bersua. Namun belum 100% aku kembali merasakan rasa seperti dulu kala masih tersisa bekas luka bila terlintas kenangan masa lalu.

Sebuah karunia dan cobaan dari Allah SWT karena semua yang Ia berikan menurutku adalah sebuah karunia dan cobaan. Karunia karena Allah memberikan sesuatu yang pastinya sangat baik untuk kita namun juga sebuah cobaan apakah yang Ia berikan akan tetap menjadi baik atau lebih baik bahkan menjadi buruk atau lebih buruk bagi umatNya.
Usia kandungan isteri ku kala itu sekitar 5 bulan, aku berkeinginan untuk memeriksa janin yang ada dalam kandungan ke dokter kandungan agar lebih nyakin dan akhirnya aku juga memeriksa kandungan (USG) dengan teknologi 3D walaupun saat itu setahui ilmu kesehatan telah bisa melihat janin yang ada dalam kandungan seorang ibu dengan 4D. Keadaan bayi yang ada di dalam kandungan ternyata sehat dan baik-baik saja, kesenangan dan kebahagian pun menyelimuti hati dan menyeruak dengan pesonanya.

Bayi Lucu
Namun manusia hanya bisa merencanakan dan menjalankan apa yang ada di muka bumi akhirnya ketetapan Allah lah pada akhirnya, yang biasanya disebut Sunnatullah.
Di usia kandungan memasuki bulan 6 bulan lebih Allah berkehendak lain, terjadi pendarahan pada isteri lalu kubawa isteri ke Rumah Sakit. Karena telah malam akhirnya harus masuk IGD, cukup lama hingga salah satu perawat berkata dokternya dalam perjalanan namun ada dokter jaga yang akan membantu terlebih dahulu. Akhirnya isteriku dibawa ke ruangan persalinan, namun di saat perjalanan dari IGD ke ruang persalinan salah satu perawat atau staff RS atau sapa lah aku juga kurang memperhatikan dan memperdulikannya.

Cukup lama isteri ku di ruang persalian untuk nunggu pembukaan kata perawat yang ada disitu, hingga salah satu dari sekian orang yang ada entah dokter atau perawat berkata bahwa usia kandungan masih muda yaitu 6 bulan lebih dikit aja namun telah terjadi kontraksi. Jadi katanya
resiko yang akan ditimbulkan akan lebih besar karena selain berpengaruh pada bayi juga berpengaruh pada ibunya namun lebih beresiko pada ibunya kalo gak salah begitu katanya kemungkinannya 50-50, akhirnya kukatakan padanya keluarkan saja semoga saja insya allah semuanya baik-baik saja. Dan alhamdulillah lancar proses keluar sang bayi dan isteri pun baik-baik saja hanya tampak lelah saja maklum saja sehabis melahirkan, baru saja ku bersyukur semua lancar tiba-tiba seorang yang ada disana berujar bahwa karena bayinya belum cukup umur dilahirkan karena pada umumnya lahir saat kandungan berusia 7 bulan lebih maka harus masuk inkobator dan tidak bisa memberi jaminan nantinya.

Agak bingung juga aku mencerna maksud akhir perkataannya tapi sekali lagi luluh hati ini namun secepatnya aku menenangkan hati berserah diri saja sama Allah setelah aku berusaha menyerahkan pada yang ahli di bidangnya di dunia namun akhirnya Allah jua lah yang memberikan yang terbaik. Karena saat aku ke rumah sakit terburu-buru dan panik maka aku hanya memberitahu orang tua dan abang ku yang akhirnya juga mengantar ke Rumah sakit dan saat itu telah malam sekitar jam 8 malam seingatku, maka aku hanya memberitahu keluarga lainnya lewat BBM saja kebetulan di BB ku ada grup keluarga.

Setelah kukirim berita lewat BBM banyak dari keluarga hampir semua yang ada memberikan doa yang terbaik. Walaupun saat itu tidak langsung memberikan memberikan semangat dan doa maklum saja sudah larut malam.

Kembali ke pokok cerita akhirnya setelah dimandikan bayi ku lalu dimasukkan ke dalam tabung inkobator, ketika kumelihatnya begitu kecilnya dan kurusnya serta belum sempurnanya organ-organ yang tampak. Sepertinya ia tahu aku ayahnya datang melihatnya ia menolehkan kepalanya ke arah kaca tepat aku melihatnya  dengan senyuman dan pandangan nanarnya yang kurasakan, seolah-olah ia hendak berkata padaku.

Entah apa sebuah sugesti atau Allah membisikkan padaku melalui malaikat pembawa pesan ke lubuk hati serasa ia anakku berkata "Apa kabar Ayah, aku sudah berada di muka bumi ini dengan seijinNya dan semua yang ada adalah sebuah titipan".

Aku lalu tersenyum untuk menenangkan hati agar aku bisa berpikir jernih, langsung saja aku beristighfar dan mengingat bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT. Serasa aku sudah menyerahkan padaNya karena aku sedih melihat kondisinya dan aku pun pergi melihat isteri yang sekarang berada di sebuah ruang yang banyak dengan ibu-ibu yang hendak melahirkan atau sehabis melahirkan serta berkata pada isteri semua baik-baik saja dan ku berpesan padanya agar apa yang terjadi di muka bumi ini semua tunduk dan patuh atas kehendak dan Allah.

Esok harinya isteri ku bertanya padaku setelah agak kuat ia mengerti dan  akan yang terjadi, "Yah gimana keadaan dedeknya,sehat gak yah?" tanya isteri padaku
"Ooo insya allah semua baik-baik saja nanti ayah tanya ke perwat penjaga apakah kita bisa melihatnya dan kapan waktunya" jawabku
"Baiklah kalau bisa secepatnya ayah tanya kapan kita bisa melihatnya" pinta isteri pada ku

Tak seberapa lama aku pun pergi menuju keruangan inkubator yang terdapat perawat penjaga untuk bertanya kapan aku bisa melihat bayiku dan dijawab untuk bapak silahkan kapan saja karena melihat kondisi bayinya. Aku yang mendengar itu sadar akan kemungkinan yang bakal terjadi bahwa kemungkinan untuk bertahan sangat kecil namun kuteguhkan hati bahwa ada sebuah kekuatan yang bisa merubah menjadi lebih baik keadaannya yaitu pertolongan Allah SWT, amin.

Siang itu sekitar pukul 1 siang aku bersama isteri melihat bayi kami, begitu kecil dan kurusnya anak kami sehingga terlihat tulangnya dan saat bernapas tampak sekali kesulitannya dengan dadanya kempas kempis. Begitu menyedihkan, aku dan isteri pun menyempatkan diri untuk menyentuhnya dan berbicara kepadanya semoga ia dapat bertahan dan melalui ini semua serta tak lupa kami haturkan doa kepada Allah SWT agar bisa diberi kesehatan kepada anak kami dan diberikan yang terbaik untuk kami semua.
Setelah itu kami pun kembali ke ruangan tempat isteriku beristirahat dan aku pun pamit pulang untuk menyiapkan pakaian dan barang yang diperlukan nantinya bagi isteri karena rencananya isteri sore ini akan pulang meninggalkan RS, namun tetap melihat anak kami di RS itu karena bosan tidur di RS kata isteriku.

Sekembalinya aku dari rumah mengambil segala keperluan isteri dan kepulangan isteri, aku pun menghubungi pihak rumah sakit bahwa sang isteri akan meninggalkan rumah sakit dan meninggalkan anak kami di ruang inkubator serta akan kami jenguk sesering mungkin melihat kondisi anak kami.

Setelah mengurus semua masalah administrasi dan lain sebagainya aku pun pulang ke rumah mertua menggunakan mobil orang tua serta sesampainya di rumah mertua kusuruh isteri untuk beristirahat sambil menunggu perkembangan anak di rumah sakit dan aku pun kembali ke rumah sakit untuk melihat langsung perkembangannya.

Dari pukul 6 sore hari aku telah ada di rumah sakit sehingga memaksa aku untuk shalat di masjid terdekat yang baru kali itu aku datangi. Di rumah sakit dengan sabar dan penuh cemas serta penuh pengharapan akan kesehatan anak agar segera keluar dari ruang inkubator ke ruang bayi biasa.

Aku menunggu di ruang tunggu sambil melihat televisi yang ada namun tidak fokus juga karena pikiran ini masih tertuju pada anak ku di ruang inkubator, cukup lama aku berada di ruang tunggu namun karena kegelisahan yang melanda aku pun pergi menuju ruang inkubator untuk melihat anakku.

Di ruang inkubator dihadapan anak ku yang terlindungi oleh kaca aku pun bercerita berbagai hal walau pun kutahu betapa kecil dan lemahnya ia, namun aku nyakin bahwa ia mengerti maksud dan tujuan ku berada disisinya yang terhalang oleh kaca. Karena kunyakin Allah SWT pasti menyampaikan maksud, niat dan pesan ku padanya agar ia mampu bertahan dan hidup bersama kami hingga dewasa.

Tak terasa pukul 11 malam aku pun pamit ke pada penjaga ruang inkubator dan tak lupa berpamitan kepada anakku yang berada di dalam tabung inkubator agar ia mampu bertahan dan berjumpa lagi dengan aku ayahnya esok hari, sekarang aku istirahat dulu tidur di rumah.

Sesampainya dirumah aku tidak bisa tidur karena memikirkan anakku, akhirnya aku shalat untuk menenagkan hati ini sambil berdoa kepada Allah SWT agar diberikan yang terbaik bagi kami semua, selanjutnya aku pun tidur.

Namun sekitar jam 2 dini hari aku terbangun teringat anakku sendirian di inkubator tanpa ditemani aku ayahnya atau ibunya bahkan keluarga lainnya hanya perawat rumah sakit, dihati ini terasa cemas dan gundah namun tetap ku teguhkan hati untuk menenangkan diri sambil memohon ampunan dan kesaban kepada Allah SWT dan melanjutkan tidur lagi.

Jam 6 aku terbangun dan menyadari aku belum shalat subuh dengan bergegas aku shalat subuh, selesai shalat subuh aku melihat hp ada panggilan tak terjawab dari rumah sakit, pikiranku pun jauh melayang tak tentu antara nyata atau cuma mimpi berpikir yang negatif akan anakku.

Secepatnya aku menuju kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian, tanpa sarapan dulu aku menggunakan sepeda motor berlaju kencang menuju Rumah Sakit dengan hati gelisah.

Sesampainya di Rumah sakit dan menemui perawat yang berjaga di ruang inkubator, perawat yang kutemui di depan pintu ruang inkubator menyuruhku untuk menuju meja perawat yang ada serta mendapatkan penjelasan yang terjadi bahwa mereka sempat menghubungi aku di pagi hari mengenai kondisi anakku yang memburuk.

Dan sekarang ia telah tiada, segal upaya telah mereka perbuat namun kenyataan berkehendak lain, aku pun menerima penjelasannya dan berpikir mereka telah sebaik mungkin membantu hanya kekuatan Allah SWT saja yang bisa merubah itu semua dan inilah yang terbaik bagi kami sekeluarga dan bayi kami yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Aku pun mengabari kondisi anakku kepada semua keluargaku melalui grup BBM tapi aku tidak memberi kedua orang tua ku serta isteri dan keluarganya, hanya menelpon bapakku meminta agar secepatnya menjemput isteri dan mertua dirumahnya untuk datang ke rumah sakit.

Sesampainya kedua orang tua ku, kedua mertua dan isteri aku pun memberitahukan kejadian yang sebenarnya. Terlihat kesedihan dan kekecewaan yang dialami mereka semua namun aku yakin mereka mampu hadapi semua ini. Dan setelah mengurusi segala masalah administrasi dan pembayaran yang harus dilunasi kami pun pulang membawa serta jenazah anakku yang kupeluk terus hingga sampai dirumah untuk dishalati selanjutnya dimakamkan.

Selamat tinggal nak, semoga dan pasti kita bertemu di kehidupan yang kekal abadi. Tunggu ayah dan ibumu disana jangan nakal dan bersabar hingga ketetapan Allah menghampiri kami.         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar