Selasa, 12 Juli 2011

Paket jam tangan

Aku yang sudah lama bekerja di salah satu bidang pengiriman barang sedikit kecewa dan aneh melihat pegawai baru yang belum setahun kerja, dimana ia sebutkan saja namanya Dudi telah memiliki gaji yang besar dan kenaikan jabatan yang lebih tinggi.
Sedangkan aku sudah hampir 1 tahun lebih bekerja di perusahaan itu yang akhirnya menimbulkan rasa cemburu dan dengki terhadap Dudi. Rasanya percuma saja aku bekerja selama ini dari pagi hingga sore menjelang mentari terbenam. Timbul keinginan hati bagaimana caranya agar suatu saat ia melakukan kesalahan setidaknya pemotongan gaji bahkan pemecatan.
Ada di suatu saat
dikala ada sebuah barang yang hendak dikirimkan oleh konsumen namun belum dibungkus rapi dan oleh konsumen tersebut meminta agar pihak pengiriman yang membungkusnya. Disaat itu konsumen bertemu resepsionis kami bernama Sili.
Kepada Sili, aku berujar biar aku saja yang membungkus dan menyimpannya ke bagian pengiriman, disaat itu aku tidak berpikiran apapun hanya ingin membantu dan memperlancar kegiatan sehari-hari. Namun ditengah jalan terbesit pemikiran bahwa divisi yang mengirim paket ke tujuan adalah tanggung jawab Dudi, mungkin inilah cara ku untuk melampiaskan kekecewaan dan rasa sakit hati ku.
Sebelum masuk ruangan penyimpanan barang kiriman ku sempatkan diri menuju gudang bagian arsip yang kebetulan saat itu sedang sepi. Disana aku membuka isi paket yang kubawa sejak tadi dan melihat isinya yaitu  sebuah jam tangan yang ternama. Itu kuketahui dari isi dalam bungkusan yang belum terbungkus resmi jasa pengiriman. Aku bisa mengetahuinya karena didalamnya ada tanda bukti pembelian, tanda bukti keaslian jam bermerk tersebut dan garansi resminya.
Sebuah pemikiran jahat mulai merasuki, segera ku hampiri Sili di meja repsionis dan berkata kepadanya aku ingin berbicara kepadanya secara pribadi, yang kebetulan sekali saat aku menghampirinya suasana di ruang itu sepi.
Kujelaskan inti aku memanggil Sili untuk berbicara pribadi sambil berharap-harap cemas akan reaksi Sili, ternyata Sili menyanggupi dan bersedia ikut atas niat ku tersebut. Niat ku adalah menukar isinya yang asli dengan jam tangan yang palsu, namun Sili bertanya mana jam tangan yang akan ditukar itu. Karena niat itu muncul saat itu juga maka aku tidak punya persiapan apapun juga, maka kukatakan pada Sili agar barang tersebut jangan dulu di sampaikan ke bagian pengiriman namun dipegang dulu olehnya.
Dengan segera ku pergi ke sebuah pasar terdekat dimana ada dijual jam tangan biasa-biasa saja yang tentunya harga dan kualitasnya rendahan serta pastinya tanpa tanda keaslian jam berkualitas dan sekembalinya aku di kantor aku menukar isi bungkusan tersebut dengan jam tangan yang baru saja kubeli.
Setelah itu kubungkus rapi dan sebisa mungkin tidak terlihat habis dibongkar, lalu ku berikan ke bagian pengiriman.Saat keluar dari bagian pengiriman ku lihat wajah pucat dan ketakutan Sili atas rencana itu dan berkata bahwa ada rasa suka dan salah atas apa yang terjadi.
Sukanya karena ia juga sama seperti ku tidak suka akan Dudi atas apa yang diraihnya padahal Sili lebih lama kerjanya daripada aku, namun ia menyadari kesalahan yang ia perbuat bisa membuat buruk nama jasa pengiriman tempat ia bekerja. Dengan kegigihan ku membujuknya agar tetap tenang dan mengendalikan emosi  atas apa yang terjadi dan akan terjadi, bahwa tanggung jawab pengiriman berada pada Dudi bukan padanya atau aku atau siapa pun. 
Berselang beberapa hari kemudian sekitar 5 hari kami semua yang berkerja saat paket jam tangan itu diterima kami untuk dikirim, dipanggil oleh kepala kantor. Disana aku dan lainnya ditanya satu persatu perihal jam tangan tersebut, dimana ada komplain dari pengirim bahwa barang yang diterima saudaranya berbeda saat dikirim olehnya. Kami semua punya alibi masing-masing sehingga tidak diketahui dimana dan siapa yang salah.
Namun atas keteledoran itu Dudi sebagai penanggung jawab bagian pengiriman kena getahnya yang sangat pahit yaitu diberhentikan secara tidak hormat tanpa uang pesangon sepeserpun saat itu juga.
Di sore harinya ketika habis jam kerja aku dan Sili berpesta merayakan atas pemecatan Dudi, dengan makan bersama di Rumah Makan di seberang jalan. Merayakan atas persekongkolan kami mengeluarkan Dudi dari tempat kami bekerja.

2 komentar:

  1. aduh ngeri bacanya...
    ngak kacian ya ama Dudi? Maaf ya..ikut campur

    BalasHapus
  2. Kacian sih kacian tapi gak apa2 koq...ini bukan cerita sesungguhnya hanya sebuah kisah fiksi yang dialami oleh Dudi dan semua kejadian yang saya ceritakan diatas.

    BalasHapus