Selasa, 10 Mei 2011

Biduk tak bertambat

Di sebuah kamar yang mungil dan lucu terlihatlah seorang wanita sedang membaca buku sambil berbaring, dimana di dekatnya banyak sekali makanan ringan sebagai teman. Wanita ini prestasi kuliahnya biasa saja, banyak teman, pergaulan cukup, fasilitas memadai hanya saja ia berada dilingkungan yang dimana materi adalah segalanya.
cupidIa cukup mapan jika dibandingkan dengan kita yang kadang sulit sekali mengejar impian. Contoh saja ia memiliki 1 unit komputer lengkap dengan printer dan scanner, radio tape yang ada dvd playernya, seperangkat speaker dengan kualitas suara yang empuk didengar telinga, televisi warna 14”. Sebut saja nama wanita ini Lili, seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta dengan umur 22 tahun.
Tempat tinggalnya yang berlantai 2 tingkat dimana kamarnya terdapat di lantai 2
sedangkan di lantai 1 terdapat kamar  orang tuanya, kamar pembantu, kamar mandi, ruang makan yang menyatu dengan dapur, ruang keluarga dan ruang tamu serta sebuah garasi maticmungil berisikan 2 buah sepeda motor matic.
Di kampusnya ia lebih dikenal sebagai wanita yang ramah dan agak pendiam, memiliki prestasi yang lumayan tidak terlalu menonjol diantara teman-temannya ya standar mahasiswa mahasiswi biasanya. Dengan sifatnya yang pendiam itu tidak membuatnya jauh dari teman. Bahkan temannya sangat banyak dan cukup gaul terutama dengan teknologi yang ada.
Teman-temannya bisa dikatakan ada di seluruh nusantara ini bahkan ada yang tinggal di luar negeri, itulah salah satu kelebihan penggunaan teknologi bisa menambah pertemanan tanpa dipengaruhi jarak waktu dan letak geografis hanya dipengaruhi jaringan internet dan pendukungnya serta pasokan listrik. Walaupun jaraknya ribuan mil dia bisa melihat dan ngobrol temannya melalui chat atau teleconference.
mawarDiantara sekian banyak teman ada seorang teman lelakinya yang menarik perhatian hatinya yang bernama Eza, ia seorang lelaki yang punya hobi touring (melakukan perjalanan jauh) dengan motor kesayangannya yaitu Vespa. Eza yang juga teman satu kampus dan merupakan tetangga Lili yang letaknya tepat di depan tempatnya. Sehingga Apabila Lili menyibak kain penutup jendela kaca kamarnya terlihat tempat tinggal Eza beserta motor kesayangnnya.
Setiap minggu di hari minggu pagi Eza dan teman-temannya yang sesama penyuka Vespa berkeliling kota, sedangkan di hari minggu di tiap akhir bulannya pergi jalan-jalan keluar kota. Yang membuat menarik perhatiannya adalah ketika saat Lili ditengah perjalanan motornya mogok dan bertemu Eza yang sedang melintas, tanpa diminta Eza dengan segera memberhentikan motornya tepat di depan motor Lili dan bertanya kenapa serta segera membantu memperbaiki motornya yang ternyata  kehabisan bensin. Salah satu teman Eza ternyatavespa BW membawa bensin dan membagi sedikit menuangkan ke motor Lili. Selama mengisi bensin Eza berbincang-bincang sejenak dengan Lili, yang ternyata membuat Lili terkesan terhadap Eza dan sejak saat itulah Lili menaruh hati kepada Eza hingga sekarang sudah 6 bulan berjalan.
Namun yang namanya perempuan agak sungkan atau pun malu-malu mengutarakan ketertarikannya kepada Ezi yang sebenarnya adalah teman satu kampusnya namun lain jurusan dan bertetangga. Saat ini di bulan ke 7 Lili mencoba memberanikan diri mengutarakan isi hatinya kepada Eza, namun mau apa dikata , saat seikat bunga mawar yang terangkai indah, sebuah jaket kulit dan sepotong coklat telah dipersiapkan. jaket kulitKaki Lili berhenti di ujung halaman rumahnya dibalik pagar melihat seorang wanita datang menghampiri Ezi yang sedang asyik membersihkan motornya, mencium kening dan kedua pipi Ezi yang ternyata pacarnya Ezi yang bernama Fifi yang baru jadian sekitar sebulan yang lalu.
Begitu hancurnya hati Lili melihatnya, tubuhnya lemah sehingga tangannya tak kuat lagi memegang bunga mawar, jaket kulit dan sepotong coklat yang jatuh ke tanah. Dengan segera berlari menuju masuk ke dalam rumah dan naik ke kamarnya, menghempaskan tubuhnya ke sebuah kasur empuk yang sekarang telah basah oleh linangan air mata. Sambil menutup wajahnya dengan bantal ia berujar dalam hati…..
“ Kenapa tidak sejak saat itu…sejak pertama kali kurasakan getar cinta ini….sejak awal kumerasakan nyaman berdiricoklat-batangan2 dekat Eza…kenapa harus menunggu hingga detik ini..kalo bisa sejak dulu….sekarang terasa ia jauh walau pun sesungguhnya ia tampak dan ada saat ku menyibak tabir kain yang menutup jendela kamar itu…kenapa…oh kenapa…..??? “
Begitu banyak kata dan kalimat bertanya kenapa di dalam pikirannya, sebuah penyesalan yang tak berakhir…..sebuah biduk yang tak bertambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar