Senin, 23 Mei 2011

Seharusnya Kau Ku Miliki

Disemilir angin yang menerpa dedauanan hijau di taman kota yang sedang kusinggahi ini. Daun menguning di tanah basah terkena hujan semalam terbang melayang menjauh layaknya diri ini, yang kini pikiran angan ku terbang jauh kembali ke masa lalu.

Terhadap sesosok wanita lembut dan penuh dengan daya tarik sehingga menarik hati ini tuk selalu dekat bersamanya dan terasa nyaman berada di sampingnya. Begitu dekatnya jarak
antara kami sehingga ku rasakan suasana layaknya sebuah cinta dihati namun tak sepatah kata pun terujar dari bibir atau mulut ini agar berani mengatakan kepadanya.

Aku bernama Benta seorang lelaki dengan tinggi 169cm dan berat 63kg mempunyai hobby travelling ke daerah terpencil, suatu saat hendak bepergian menuju sebuah daerah layaknya sebuah kampung yang sangat jauh dari situasi peradab. Sebuah kampung dimana sauasana alamnya masih sangat terasa, terdengar suara kicauan burung, desiran angin yang menerpa dedaunan dan kekhasan lainnya.

Di perjalanan menuju kampung tersebut kami menggunakan sebuah mobil sewaan membawa kami beserta peralatan setibanya disana seperti tenda, perbekalan makanan/minuman dan lain sebagainya. Didalam mobil sewaktu perjalanan yang berisi 6 orang tersebut ku berkenalan dengan salah satu wanita bernama Heny, berusia sekitar 24 tahun seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi yang tinggal beberapa bulan lagi diwisuda.

Yang sebelumnya sudah pernah bertemu sebanyak 3 kali namun tak pernah berkenalan langsung hanya saling melemparkan senyuman saja, jika dilihat tingginya sekitar 164 cm dan beratnya mungkin 46 kg sepintas memperkirakannya. Tutur katanya yang lembut dan sikapnya yang ramah kepada semua orang yang ada di dalam kendaraan, walau pun bukan hanya Heny seorang wanita yang ikut dalam perjalanan ini masih ada Wulan namun hati ini tergetar saat melihat untuk pertama kalinya terlebih saat kami berbincang-bincang.

Singkat cerita sejak di dalam mobil hingga sampai di tempat tujuan yaitu sebuah kampung yang kami singgahi, selalu saja kami berenam yaitu aku Benta, Agung, Jefry, Ferdy, Heny dan Wulan saling bercerita dan melakukan semua hal bersama-sama agar semua yang menyangkut kegiatan yang telah direncanakan berjalan lancar dan sesuai rencana kami sebelumnya.

Hingga pada saatnya waktu harus memisahkan kami dari kampung tersebut dikarenakan kami harus kembali ke kota melanjutkan rutinitas dan aktivitas seperti biasanya, setelah kurang lebih 3 hari kami berada di kampung tersebut. Tanpa disadari sebelumnya aku dan Heny semakin dekat saja dan saling bercerita lebih jauh tentang diri sendiri, tercipta keterbukaan diantara kami sehingga membuat hati ini berkata inilah saatnya kuutarakan rasa sayang dan cinta kepadanya. Terlebih lagi saat Heny bertanya pada ku apa pendapat ku mengenai dirinya apakah menarik dan baik untuk ku, suatu kata yang terucap darinya yang tak kubalas secara pasti hanya tersenyum dan ku bilang jawabannya nanti setelah kita kembali ke kota.

Laju mobil pun berhenti tepat di depan sebuah bangunan yaitu tempat tinggal Jefry sekitar jam 5 sore, namun pikiran ini masih saja terpaku untuk berujar sebuah kata bahwa diri ini sangat sayang dan cinta bahkan telah tertarik hati ini sejak pertama kali melihatnya. Terlebih lagi di saat di kampung tersebut kami berdua lebih banyak menghabiskan waktu bersama dan begitu banyak kenangan indah terbawa hingga kini. Setelah merapikan bawaan kami dan kami pun beranjak pulang ke rumah masing-masing, masih terasa dan terbayang akan hadirnya Heny di dekat diri ini.

Di dalam kamar ku sekitar pukul 9 malam, ku mencoba tuk memberanikan diri untuk menjawab dan berusaha merangkai kata sebaik mungkin menjawabnya, tak terasa hanya untuk menjawabnya ayam jantan telah berbunyi namun belum jua keberanian itu datang. Hingga di pagi hari saat orang sudah mulai melakukan segala aktivitasnya keberanian itu muncul, sekitar jam 7 pagi namun terlambat sudah semua. Sms masuk ke handphone ku agar segera datang ke kediaman Heny yang diakhir kata terdapat tulisan "PENTING" dari Ferdy.

Dengan segera ku berangkat ke tempat Heny yang sebelumnya kutelah membersihkan diri dan merapikan semua di kamar. Sesampai di tujuan ku melihat begitu banyak orang berkerumun di sekitar kediaman Heny, semua kebanyakan menggunakan pakaian hitam dan hati pun mulai bertanya-tanya. Segera kuhampiri Ferdy dan bertanya gerangan apa yang terjadi. Dengan mata merah dan isak tangis yang berusaha ia tahan mengatakan sepulang dari tempat Jefry pagi tadi yaitu sepulang kami dari travelling, dalam perjalanan pulang ke rumah Heny mengalami kecelakaan dan jiwanya tak sempat tertolong.

Seketika itu jua terkenang hari-hari kami bersama dan sebuah pertanyyan yang belum sempat kujawab. Kecewa dan penyesalan mendalam atas kejadian ini terlebih belum sempatnya kumenjawab arti kata Heny kepada ku. Setelah acara pemakamannya di sore hari aku pamit kepada keluarga Heny dan teman lainnya untuk pulang, sekembalinya aku di kamar hati ini begitu sedih dan hancur mengenangmu segala tentang diri mu. Hingga tak mampu lagi kuberujar hanya mampu mengenang dan menulis sebuah kata semoga ia mampu membaca dan mengerti apa yang hendak kusampaikan.




"Saat kau terhilang napas yang terbang bersama surya yang tenggelam....
Getar seluruh jiwa saat itu mencari kedamaian dan ketentraman bersamamu...
Sementara alunan kata-kata indah mu masih membara erat menyatu di hati...


Waktulah yang seharusnya ku kejar bukan waktu yang mengejar ku....
Malam ini seharusnya menyemai kata indah bukan meredam jiwa tak berujung...
Merekah dan bersemi satu persatu bunga bermekaran di hati tuk saling bersisian...
Namun kini semua sudah terlambat, sudah layu dan berguguran..." 




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar