Selasa, 26 Oktober 2010

Hari terakhir

Pagi itu sekitar jam 7 pagi aku mempersiapkan diri untuk berangkat menuju kampus namun sebelumnya aku ke kampus untuk kuliah, aku singgah dulu ke asrama teman ku yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal ku. Teman ku itu seorang wanita bernama Febe, ia merupakan mahasiswa kelas transferan sama seperti ku karena tempat tinggal kami yang dekat maka tidak ada salahnya bila pergi dan pulang bersama-sama. Apalagi dulu ia pernah satu kelas dan kenal dengan mantan pacar ku yang bernama Ita, oleh sebab itu aku merasa dekat dan tidak canggung tuk kenal lebih dekat tapi tetap sebatas teman. Aku mulai sering bercanda dan melempar sindiran serta lelucon, apalagi ia tidak marah malah membalas apa yang kulakukan padanya paling-paling tersenyum tertawa dan marah sebentar. Dulu saat aku pindah kuliah karena melanjutkan ke jenjang S1 setelah tamat dan lulus D3 Febi lah yang kurasakan seseorang di kampus baru yang kurasakan lebih dekat daripada yang lain dan ia juga yang orang pertama kali yang berbicara padaku di ruangan, saat itu ia berbicara dengan bertanya apakah aku anak transferan dan dari jurusan mana lalu kujawab ia aku anak transferan.

“ Hai…leh kenalan gak ?" tanya seorang wanita dibelakang kursi ku, sambil menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan

“ Aku Feby kamu sapa dan anak mana ?” sambungnya

“ Bagas, aku anak transferan D3 dari kampus lain bukan dari sini. ” jawab ku sambil meraih tangannya menyambut jabat tangannya

Itulah awal pembicaraan dan juga awal perkenalan kami, setelah itu kami lebih sering berbicara dan dari sejak itulah mulai kenal dengan yang lainnya yang satu kelas diantaranya Mario, Jeni, Lina. Ya kami satu kelas yang sama-sama anak tranferan hanya 5 orang saja.

Kembali di pagi hari itu saat jarum jam menunjukkan jam 7 tepat pagi hari aku mengambil handuk untuk bersiap mandi setelah itu ganti pakaian serta berangkat ke kampus, namun dari aku bangun tidur hingga aku menyalakan mesin motor ku masih saja satu pikiran yang mengganguku dengan jelas dan pasti. Pagi hari ini adalah hari terakhir aku datang ke kampus dan hari terakhir juga menjemput dan mengantar Feby ke kampus serta terkahir kalinya aku melihat dan bertemu dengan teman-temanku dan gedung kampus ku yang baru yang lebih lebih besar dari gedung kampus ku saat aku masih kuliah D3.

Jarum jam di jam tangan ku menunjukkan pukul 7.30 yang artinya sekitar setengah jam lagi dimulainya perkuliahan hari ini yaitu hari rabu, dengan segera aku melaju dengan motor ku menuju tempat Feby tinggal. Dengan penuh perasaan sedih karena 3 jam lagi aku pergi ke bandara menuju sebuah kota yang cukup jauh dan pertama kalinya aku kesana serta berupaya mengingat setiap jengkal, jalan gedung dan orang-orang yang berlalu lalang aku pacu sepeda motor ku menuju tempt Feby. Feby tinggal di sebuah asrama keagamaan entah apa namanya, ia beragama kristen sedangkan aku beragama islam.

Sesampainya di asrama dan masuk melewati pagar aku menyimpan motor ku di tempat parkir dekat pintu masuk ruangan dimana biasanya Feby keluar, entah ruangan apa tapi yang kuketahui kamar Feby diatas ruangan tersebut. Di tempat parkir itu aku mendapati teman asramanya baik laki maupun perempuan sekitar 7 orang sedang duduk di bangku panjang ada yang membaca, makan dan ada juga yang sedang kerja memperbaiki kursi panjang yang lainnya maka langsung saja ku sapa orang-orang yang ada.

“ Feby ya ada ?“ tanya ku pada sekelompok orang yang ada berkumpul di bangku panjang dan sekitarnya

“ Oh ada tunggu sebentar ya. “ jawab salah satu perempuan yang ada

“ Kak Feby ada temannya, ke kampus kuliah gak ?” teriak perempuan lainnya sambil kepalanya menadah ke atas arah kamar Feby, namun tidak ada jawaban.

“ Tunggu aja mas, si Feby tuh emang biasa gitu. Ni sapanya Feby koq sering jemput dan antar pulang kuliah sih ?” tanya salah satu lelaki yang ada

“ Pacar baru Feby ya ?“ lanjutnya sambil tertawa diikuti suara tawa dari yang lain

“ Bukan, teman kampusnya koq nAma ku Bagas “ jawab ku

“ Tunggu ya, uda lama y Gas. Lama gak nunggunya, sabar ya “ suara perempuan dari arah belakang ku yang ternyata Feby yang sudah siap dan rapi dengan pakaian dan tas biasa untuk pergi ke kampus.

Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalas saja. Namun ia masuk lagi ke dalam ruangan tersebut, setelah kuperhatikan ternyata ia belum memakai sepatu baru memakai sandal saja. Setalah siap dan rapi tanpa ada yang lupa atau tertinggal ia menghampiri ku untuk segera berangkat ke kampus, namun ia agak heran dengan penampilan ku saat itu dan bertanya.

“ Niat kuliah gak sih “ tanyanya sambil memperhatikan ku dengan seksama dan teliti, memandangiku dari bawah ke atas dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“ Koq gak bawa tas, bukunya mana ?” sambungnya

“ Oh iya, udahlah yang penting sekarang kita berangkat pergi ke kampus ” jawab ku ringan dan pelan

“ Ya udalah kalo begitu “ katanya sambil menuju arah motorku dan menaikinya

“ Koq diam dan lain lah hari ini, kenapa ?“ tanyanya lagi untuk menghapus ragu dan penasaran yang tampak dari raut wajahnya

“ Gak apa-apa koq “ jawab ku singkat dan menyalakan mesin motor serta melaju meningglkan asrama menuju kampus yang memakan waktu kurang lebih 20 menit

Selama perjalanan menuju kampus tiada sepatah kata pun dari kami berdua, hanya diam seribu bahasa.

Sesampainya di halaman parkir kampus aku berhenti agar Feby turun sedangkan aku masih melanjutkan perjalanan untuk memarkirkan motor di tempat yang telah disediakan. Feby menyusulku yang masih memakirkan motor sambil berujar

“ Tugas Ekonomi Makro uda selesai dikerjakan lom, tugasnya kan tuk nilai kita diakhir semester ntar. Ntar kurang loh nilai mu kalo hanya mengandalkan ujian saja, koq diam melulu sih.” sambil membetulkan tasnya dan memasukkan hapenya kedalam tas.

Aku tetap diam dan sibuk memperbaiki arah motor ku yang sedang terparkir serta menyimpan helm di gantungan motor dan meminta helm feby supay digantung di motor saja seperti biasanya. Lalu kami pun melangkah masuk menuju tangga yang kebetulan ruang kelas kami berada di atas.

“ Feb, santai dulu duduk di tangga ini sebelum naik tangga di belakang, capek nih. “ ujar ku kepadanya saat melangkah masuk, maklum saja saat masuk ke dalam gedung ada dua buah tangga satu di depn dan yang satunya lagi di belakang. Yang di belakang itu tangga menuju ruang kelas kami di lantai 3 dari gedung ini yang berlantai 5 lantai.

“ Iyalah kalo gitu, tapi koq diam terus sih dari tadi ngomong lah kalo ada apa-apa “ katanya sambil menampak raut wajah bingung dari sebelumnya.

“ Mmmmm…..sebenarnya hari ini hari terakhir ku datang ke kampus dan hari ini juga aku gak masuk kuliah, karena sekitar jam 11 atau kurang lebih sekitar 2 jam lagi aku pindah tinggal ke kota lain “ aku memberinya penjelasan

“Aku minta maaf ya kalo selama ini ada salah ma mu, nanti aku ke atas juga masuk ke kelas tuk pamit ma teman anak transferan yang lainnya ” sambungku

Feby hanya diam dan melihat ku lebih dalam dan tajam terlihat dari sorot matanya yang tanpa berkedip disertai kerut di dahi yang menandakan ia sedang berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa banyak kata kami pun segera melangkah menuju tangga di belakang lalu berjalan masuk ruangan yang telah ada Mario, Jeni, Lina.

Dengan penuh rasa sedih harus meninggalkan mereka, maka kuputuskan untuk mengatakan pamit dan meminta maaf atas segala kesalahan yang telah terbuat lalu segera beranjak dari ruang kelas meninggalkan gedung kampus untuk kembali ke rumah. Saat masuk ruang kelas tersebut aku menghampiri ketiga teman ku tersebut.

“ Waduh masih pagi uda pada masuk dan kumpul di kelas, anak yang rajin nya ”kata ku membuka pembicaraan sambil menghampiri Mario yang duduk di kursi paling dekat pintu masuk

“ Kamu tuh Gas yang lama datangnya, pacaran dulu ya hehehehe ” canda Jeni kepada ku yang duduk tepat di sebelah kiri Mario

“ Gak bawa buku kah ? mana tas mu Gas, koq ga bawa sih ?” tanya Lina sambil menunjukkan keheranannya, mungkin yang ada di pikirannya orang mau kuliah gak bawa tas dan buku.

“ Iya tul tuh aneh ya, niat kuliah gak kamu Gas !” sambung Jeni dengan nada yang agak tinggi

“ Tenang dengar dulu yang mau ku omongkan, biar jelas dan gak pake marah-marah “ jawab mu kepada semua yang bertanya pada ku sambil memasukkan tanganku kedalam saku celana

“ Semua yang ku katakan benar semua adanya, serius dan gak main-main. Hari ini aku gak kuliah lagi aku kesini hanya mengantar Feby datang ke kampus seperti hari-hari biasanya, aku kan pergi jauh pindah ke kota lain meninggalkan kota ini. Tapi gak tau mau apa karena aku juga bingung dengan keputusan ini namun menurut ku ini yang terbaik bagi ku. ”sambil menatap satu persatu mata merka bertiga dan Feby yang masih berdiri di samping ku.

“ Hari ini aku berangkatnya kurang lebih 2jam lagi aku harus ke bandara pergi menuju kota tersebut, terima kasih atas segala yang pernah terjadi akan merupakan sebuah kenangan dan juga jadi bagian cerita hidup ku dan juga aku minta maaf bila ada salah dan itu pasti kita sebagai manusia ada salah aku minta maaf pada kalian semua. Aku juga memaafkan kesalahan kalian yang mungkin sengaja maupun gak yang telah terjadi, makasih semuanya dan sampai ketemu lagi suatu saat “ itulah kata terakhir ku di kelas bersama teman-teman yang sama dari kelas transferan.

Aku pun menyalami mereka satu persatu mulai dari Feby lalu Mario terus Jeni dan terakhir Lina. Feby adalah seorang perempuan yang asli dari luar kota daerah ini yang mengadu nasib tuk kuliah di ibukota propinsi ini untuk menghemat biaya ia tinggal di asrama, kalo Jeni adalah Ibu muda yang mempunyai suami yang kerjanya sering keluar kota hingga kadang tinggal bersama anaknya yang baru berumur 1 tahun sedangkan Mario laki-laki selain aku yang ada di kelas transferan hampir sama dengan Feby yang asli dari kota lain yang kost dan sering jadi bahan ejekan yang lain yang membuat suasana kelas tegang dan membosankan menjadi penuh tawa dan riang. Mereka bertiga sama agamanya kristen namun kami tidak pernah memandang perbedaan itu jadi suatu yang membuat penghalang pertemanan kami.

Lina merupakan wanita yang cukup angun dan rapi dalam berpakaian dibandingkan yang lainnya termasuk aku, ia asli orang kota ini dan telah memiliki calon suami yang berfrofesi seorang aparat keamanan dan ialah satu-satunya teman ku yang beragama sama dengan ku yaitu islam.

Setelah pamit aku pun beranjak keluar dari ruang kelas meninggalkan mereka semua teman-temanku untuk memulai perkuliahan dimana dosen yang kan mengajar masuk disaat yang sama aku melangkahkan kaki keluar dari pintu kelas itu. Aku pun berjalan menuju tangga untuk turun ke lantai dasar pergi ke arah parkiran, sesampainya aku di samping motor di parkiran aku memindahkan helm Feby yang tergantung di motor ku ke gantungan motor yang biasa Lina pakai. Sambil berujar di dalam hati “Hari terakhir” ku hidupkan mesin motor dan memacunya tuk kembali ke rumah dan berangkat ke bandara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar