Sabtu, 12 November 2011

Kau menghilang sejak keluar dari pintu itu dan kembali

Dengan gaya nyerocos mu dan seakan mulut mu tak pernah hentinya berkat-kata yang bertutur tentang apa saja yang ada dihati mu. Suasana yang awalnya hening di ruangan ini berubah menjadi riuh oleh suara mu yang tak hentinya berbicara seakan-akan hanya engkau saja yang mampu berbicara dan hanya engkau saja yang bisa berkata-kata.

PintuGema ruang ini terisi oleh sahutan suara mu yang begitu kental terdengar jelas seakan-akan berlomba menguraikan kata, yang tak ingin ada suara lain selain suara mu. Belum lagi gaya bahasa tubuh mu yang menguatkan kisah yang sedang kaubagi.

Dengan rambut terikat, berkacamata dengan frame zaman dahulu berwarna hitam dan gagang yang besar ditambah dengan rok layaknya sebuah rok seorang ibu-ibu bukan seperti anak kuliahan berumur sekitar 20 tahun. Sebut saja wanita itu Resty, yang saat ini masih saja berada di pintu masuk ruangan Lab Komputer pada mata kuliah praktek SIM (Sistem Informasi Manajemen) seingat ku menggunakan SPSS. Resty begitu bingung dengan praktek kali ini karena dia memang kurang suka dalam hal praktek di Lab dia lebih suka pada teori di kelas, yang sebenarnya bukan dia saja hampir semua mahasiswa satu kelasnya termasuk aku juga bingung tentang program yang baru kali ini diberikan.

Hampir semua mahasiswa telah duduk di depan komputer masing-masing sambil membolak balikkan buku panduan singkat tentang materi SPSS, hanya beberepa orang saja masih berdiri di depan pintu bersama Resty yaitu Kinto, Lili, Joko dan Gunawan serta Henny. Kecuali Resty, yang lain lagi sibuk mengisi buku absen praktek dan mempersiapkan buku panduan yang berupa fotokopi.

Laboratorium Resty masih saja sibuk dan tak pernah berhenti mengeluarkan kata-kata dari mulutnya kali ini ia mengeluarkan kekesalannya berupa apa itu SPSS, berapa lama waktu prakteknya hingga lupanya ia membawa pulpen yang biasa ia gunakan.

Setelah mengeluarkan kekesalannya dan mengisi buku absensi kali ini ia sibuk mencari tempat duduk untuk melakukan praktek. Ke barisan paling depan pada bangku kosong ditolak oleh mahasiswa lainnya lalu pindah ke baris agak kebelakang sama saja ditolak dengan alasan yang beragam, sebenarnya aku agak tahu kenapa banyak yang menolak duduk di sampingnya.

Mungkin dia sendiri tahu walaupun ia tahunya secara tidak langsung, setidaknya ia bisa melihat tingkah laku dan gerak gerik teman-teman lainnya, terlebih dia punya teman akrab seorang wanita yang tidak mungkin berbicara atas apa yang sering teman-teman sekelas bicarakan tentangnya.

Yang akhirnya ia bisa mendapatkan bangku untuk praktek di barisan paling belakang….di barisan ku duduk di bangku kedua sebelah kanan dari ku. Saat ia menempati bangku dan berhadapan dengan layar monitor serta praktek pun sudah mulai berlangsung ku kira ia bisa menghentikan ocehannya untuk segera fokus terhadap penjelasan dan tugas yang harus dikerjakannya, ternyata aku salah ia masih saja nyerocos bertanya sana sini.

Hingga sang Asdos menegurnya agar fokus atas apa yang disampaikan oleh asdos, agar ia mengerti apa yang harus dilakukannya di ruang Lab ini. Akhirnya dengan tersenyum ia pun diam dan mendengarkan dengan seksama hingga di tengah-tengah jam praktek itu ia memanggil ku. Ku kira ia bertanya sesuatu mengenai praktek ternyata ia bertanya kenapa selama ini banyak teman-teman sekelas agak menjauhinya terutama para lelaki. Dengan senyuman dan pura-pura membetulkan posisi kacamata ku, hanya kujawab “nanti aja kujawab setelah praktek di kantin kampus, pasti.” dan ia pun menjawab iya dan menanti jawaban ku.

Tak terasa 2,5 jam praktek sudah berlalu saatnya mengumpulkan hasil praktek ke server Lab dengan mencantumkan nama, NIM dan kelas karena kali ini apa yang dipraktekkan tidak dalam bentuk cetak namun file.

Sesampainya aku di depan pintu Lab menuju keluar, Resty memanggilku agar aku menunggunya. Aku pun menunggunya di depan pintu hingga akhirnya ia menghampiriku dan kami pun sama-sama pergi ke kantin kampus mengambil tempat duduk paling pojok dan di sekitar kami agak sepi. Dari kejauhan saat aku berjalan berdua dengannya, teman-teman lainnya mengejek ku dan menertawai ku di depan pintu Lab.

Resty pun agak risih dan bertanya kepada ku kenapa mereka semua berperilaku kayak gitu, ku jawab sudah biarkan saja anggap biarkan anjing menggonggong kafila tetap berlalu. Kami pun tiba di kantin dan memesan minuman dan duduk di pojok kantin itu berdua, sambil berbincang bincang. Sempat ia tertawa saat aku bercanda padanya, lalu ia agak marah hingga memukul meja saat ku ceritakan apa yang terjadi lalu menangis seketika dan cepat-cepat ia mengusap airmatanya dengan sapu tangan yang dibawanya. Aku bingung, malu dan gak tahu harus berbuat apa karena saat itu orang-orang melihat ke arah kami serta ada salah satu lelaki berteriak “Tampar aja mba, cowok BERENGSEK tuh..masih aja mau duduk bersama” lalu sang pelayan sambil mengantarkan pesanan kami berkata ke lelaki tersebut “Sudah jangan campur urusan orang lain biarkan mereka berdua menyelesaikannya”.

Aku tersenyum saat pelayan meletakkan pesanan kami di meja, sesaat sang pelayan pergi menjauh dari meja ku katakan pada Resty “sudah tenangkan diri, hapus airmatanya ntar orang-orang makin berpikir kita pacaran dan sedang ada masalah” mencoba menenangkan dirinya.

Tidak begitu lama aku di kantin itu lalu pergi meninggalkan Resty seorang diri denga kesedihan dan kekecewaannya. Sejak hari itu hingga sebulan lamanya ia tidak tampak di kelas sapa tahu dia pindah kelas untuk menghindar dari teman-teman sekelas. Bahkan di kampus pun tak terlihat lagi sosoknya, setelah sebulan ternyata ia datang kembali ke kampus.

Dimana saat itu kami sedang ada ujian praktek di Lab yang biasa kami gunakan, semua mata tertuju kepada sesosok wanita cantik di depan pintu akan masuk kedalam dengan rambut terurai lurus gaya pakaian modis dan wangi harum semerbak isi seluruh ruang. Ia mengambil duduk disampingku dan berkata “ Terima kasih” ku jawab “iya sama-sama” sambil bingung dan heran siapa wanita yang sekarang berada disamping ku.

Sepertinya ia tahu atas kebingunganku lantas berkata “lupa dan herannya ini aku Resty ingat gak kejadian di kantin sebulan yang lalu” sambil mengingat dan berkata maaf atas kejadian tersebut namun ia malah berterima kasih. Ternyata wanita yang duduk disamping ku ini adalah Resty yang dulunya tiada orang yang mau duduk disampingnya bahkan menoleh sedikit saja enggan sekarang ia jadi primadona di Lab, sebentar-sebentar orang-orang melihat kearahnya. Namun tak berapa lama aku meninggalkan kampus tersebut memutuskan berhenti kuliah disana, hingga kini aku masih mengenangnya bahwa jangan menjatuhkan prasangka kepada orang yang dilihat buruk akan buruk selamanya karena belum tentu ia buruk hanya waktu yang kan menjawabnya dan dapat merubah segalanya menjadi indah.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar